Juni 26, 2025

Konflik Israel-Iran Berpotensi Guncang Ekonomi AS, Harga Minyak Dunia Terancam Melejit

PANTAUNEWSS.COM – Ketegangan antara Israel dan Iran diprediksi akan memberikan dampak ekonomi yang signifikan bagi Amerika Serikat (AS), terlebih setelah Negeri Paman Sam dilaporkan terlibat langsung dalam konflik dengan mengebom fasilitas nuklir Iran.

Gubernur Bank Sentral AS atau The Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell, menyatakan bahwa eskalasi konflik di Timur Tengah kemungkinan besar akan mendorong kenaikan harga minyak global. Namun, ia menegaskan bahwa kondisi ekonomi AS saat ini jauh lebih kuat dibandingkan pada era krisis energi sebelumnya.

“Ekonomi AS saat ini jauh lebih tidak bergantung pada minyak asing dibandingkan tahun 1970-an,” ujar Powell, dikutip dari Detik.com.

Meski Powell menyampaikan nada optimistis, sejumlah ekonom ternama menyuarakan kekhawatiran yang lebih serius. Menurut para analis, perang Israel-Iran berpotensi memicu guncangan ekonomi global yang besar sepanjang tahun ini.

Kepala Ekonom Internasional ING, James Knightley, memperingatkan bahwa jika Selat Hormuz—jalur vital pengiriman minyak dunia—ditutup, dampaknya akan langsung terasa pada konsumen di AS.

“Salah satu dampak paling nyata bagi konsumen AS akan terjadi jika Selat Hormuz ditutup, yang bisa menyebabkan lonjakan tajam biaya energi karena terganggunya aliran minyak dan gas,” ungkap Knightley.

Hal senada diungkapkan Kepala Strategi Ekonomi Morgan Stanley, Ellen Zentner. Ia menilai bahwa konflik bersenjata di Timur Tengah, yang disertai dengan tingginya tarif impor, dapat menekan daya beli masyarakat AS secara signifikan.

“Ini dapat memberikan tekanan ke bawah yang kuat pada kemampuan rumah tangga untuk berbelanja, dan bisa memperlambat PDB lebih lanjut,” kata Zentner dalam wawancara dengan Reuters, Senin (23/6/2025).

Sementara itu, laporan terbaru dari Badan Informasi Energi AS (EIA) menegaskan pentingnya peran Selat Hormuz dalam rantai distribusi energi global. Tahun lalu, sekitar 20 juta barel minyak per hari melewati jalur ini—setara dengan 20 persen dari konsumsi minyak global.

“Pilihan alternatif untuk mengalirkan minyak jika selat ini ditutup sangat terbatas,” tulis EIA dalam artikel terbarunya.

Di sisi lain, para analis menyebut tekanan inflasi dari lonjakan tarif dan harga energi masih belum tercermin sepenuhnya dalam data resmi. Namun, mereka percaya bahwa efeknya hanya tinggal menunggu waktu.

Sejak ekonomi dunia mulai pulih dari pandemi COVID-19, inflasi meningkat tajam di banyak negara. Kondisi ini diperparah oleh konflik Rusia-Ukraina yang memicu lonjakan harga gas global. Kini, skenario serupa dikhawatirkan akan kembali terjadi dengan konflik Israel-Iran.

“Dengan harga barang-barang yang sudah naik karena tarif impor, lonjakan harga bensin akan semakin menekan pengeluaran rumah tangga. Ini bisa memperdalam perlambatan ekonomi AS,” pungkas Knightley. ***

Editor: Edriwan

About The Author

More Stories

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Copyright © All rights reserved.Pantau Newss | Newsphere by AF themes.