Kasus Dimas Rembang, DPR Dorong Subsidi HP untuk Ortu Siswa
2 min readWarning: Attempt to read property "post_excerpt" on null in /www/wwwroot/pantaunewss.com/wp-content/themes/newsphere/inc/hooks/hook-single-header.php on line 67
PANTAUNEWS.COM – Wakil Ketua DPR RI Sufmi Dasco Ahmad menyarankan pemerintah menyediakan subsidi untuk pembelian ponsel pintar atau smartphone. Subsidi ditujukan bagi para orang tua yang anaknya harus belajar di rumah karena pandemi Covid-19.
Dasco mengaku miris mendengar cerita Dimas Ibnu Alias, siswa kelas VII SMPN 1 Rembang. Dimas harus belajar sendirian di sekolah saat teman-temannya belajar dari rumah selama masa pandemi karena orang tua Dimas tak mampu membeli smartphone untuk belajar di rumah.
“Khusus untuk orang tua yang tidak mampu, pemerintah bisa mensubsidi dari dana pendidikan. Misalnya harga smartphone Rp1 juta, pemerintah subsidi 50 persen, sedangkan 50 persen dicicil orang tua selama 1-2 tahun melalui program PEN (Pemulihan Ekonomi Nasional),” kata Dasco dalam keterangan tertulis, Sabtu, 25/7/2020.
Dasco juga meminta pemerintah memperhatikan beban biaya kuota internet yang harus ditanggung orang tua siswa. Dia mengingatkan tak semua orang tua di Indonesia punya uang untuk membeli akses internet.
Politikus Partai Gerindra itu tak menyarankan pemerintah memberi uang tunai untuk pembelian paket data. Ia juga tak menyarankan pemerintah membelikan paket data untuk para siswa.
Dasco mengusulkan pemerintah membuat jaringan internet khusus untuk belajar di rumah. Jaringan ini hanya diperuntukkan untuk mengakses pembelajaran.
“Harus dibuatkan jaringan internet khusus, setiap murid diberikan ID untuk bisa masuk pada aplikasi belajar online. Orang tua tidak harus membeli kuota, tapi proses belajar mengajar anak-anak bisa terlaksana,” ucapnya.
Kisah Dimas Ibnu Alias, siswa kelas VII SMPN 1 Rembang viral di media sosial. Dimas belajar di ruang kelas seorang diri menggunakan masker dan faceshield.
Dimas terpaksa harus pergi ke sekolah saat pandemi karena orang tuanya yang bekerja sebagai buruh dan nelayan tak mampu membeli ponsel pintar dan kuota untuk anaknya.
Sumber: CNN Indonesia