Dibalik Covid-19, Antara Kesombongan dan Konspirasi
5 min readWarning: Attempt to read property "post_excerpt" on null in /www/wwwroot/pantaunewss.com/wp-content/themes/newsphere/inc/hooks/hook-single-header.php on line 67
PANTAUNEWS.COM – BENAR atau tidaknya dugaan konspirasi dibalik penyebaran virus corona terkait perang dagang antara Amerika Serikat dan China, atau adanya upaya kelompok Negara kaya untuk selalu menekan Negara berkembang dan miskin, virus corona akan terus menyerang dan menyerang ke seluruh penjuru belahan dunia. Di balik konspirasi ekonomi politik kesehatan dunia, setidaknya virus corona ini ingin meluluh-lantakan kesombongan pemimpin-pemimpin bangsa yang pada akhirnya harus ditanggung oleh rakyat.
Kata Buya Hamka, penyebab orang menolak kebenaran adalah sombong. Keangkuhan dan kesombongan pemerintahan Xi Jinping menyebabkan banyak negara dunia tidak simpatik lagi. Cina seolah-olah menjadi musuh bersama banyak negara. Bahkan Henry Kissinger sebagaimana dilansir hidayatullah.com menyebutkan bahwa Cina berhasil dan sukses melawan keadidayaan Amerika Serikat. Mantan Sekretaris Negara Amerika Serikat ini mengatakan fantasi Amerika Serikat untuk mendominasi China sangat tidak realistis. Cina telah menang.
Oleh karena itu, Amerika yang dulunya memiliki keunikan dan kekuatan terbesar sudah harus menerima kenyataan dan terbiasa dengan fakta bahwa mereka sekarang memiliki pesaing dengan kekuatan yang mungkin lebih dominan. Bahkan Henry mengatakan persaingan itu abadi.
Ulah kesombongan inilah yang pada akhirnya menyebebabkan negeri tirai bambu porak poranda hanya dengan virus yang berdiameter 20 nanometer dengan 1nm sama dengan 1 meter dikali 10 pangkat 9. Ukuran tersebut lebih kecil daripada bakteri. Virus corona yang muncul di Wuhan merebak begitu cepat hingga menelan korban jiwa.
Akibatnya, transportasi di China lumpuh, bandara ditutup, ribuan orang antre di rumah sakit untuk mendapatkan obat, puluhan orang antri di apotik untuk membeli masker. Bahkan ada diantara warga di China yang berkelahi hanya untuk berebut membeli masker.
Menurut catatan Johns Hopkins CSSE, pada tanggal 29 Februari 2020 yang terjangkit virus ini juga semakin bertambah yaitu 85.146 kasus di seluruh dunia. Dilansir CNBC Indonesia Per Rabu (11/3/2020) pagi, menurut Johns Hopkins CSSE jumlah total korban terinfeksi corona meningkat yang mencapai 118.582 di seluruh dunia, dengan korban meninggal sebanyak 4.262 orang. Dari total itu, sekitar 81.000 kasus terpusat di China,. Kondisi ini menyebabkan lumpuhnya semua sektor, khususnya ekonomi global.
Serangan virus corona tidak saja meluluh-lantakkan kondisi jiwa manusia saja, akan tetapi sektor ekonomi global juga mengalami keterpurukan yang begitu buruk terhitung sejak krisis keuangan global. Seperti dikutip dari kompas.com yang dilansir CNBC menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi global diproyeksikan melambat menjadi 2,8 persen pada tahun 2020.
Menurut Bank of Amerca Clobal Research, kondisi ini adalah pertama kalinya sejak krisis keuangan global pada 2008-2009, dimana pertumbuhan ekonomi dunia tidak sampai pada angka 3 persen. Pemberat utamanya adalah wabah virus corona yang memukul aktivitas ekonomi di China sejalan dengan menyebarnya virus tersebut.
Kini, Covid-19 tidak saja menyebar di wilayah China, Italia, Iran dan beberapa negara lainnya, akan tetapi virus ini juga sudah mulai menyebar ke beberapa kawasan lainnya seperti Malaysia dan Singapura, termasuk Indonesia. Di awal munculnya virus corona di beberapa negara, para pengambil kebijakan di Indonesia hanya bisa berseloroh terhadap kondisi di Negara lain.
Ada yang mengatakan rakyat Indonesia itu sudah kebal dengan virus, ada yang mengatakan virus itu biasa-biasa saja, ada juga yang menganjurkan agar rakyat Indonesia banyak-banyak minum jamu agar daya tahan tubuh lebih kuat, dan berbagai pernyataan lainnya. Lebih parahnya lagi, terdapat beberapa individu di negeri Pancasila ini yang terkesan mengolok-olokkan penyebaran virus ini dengan membuat status dan meme di media sosial yang terkesan mengejek dan lucu-lucuan. Alhasil, kini Indonesia menjadi bagian dari serangan virus corona.
Ini membuktikan bahwa, mulai dari pemimpinnya hingga rakyatnya menunjukkan sikap yang tidak bijak terhadap penyebaran virus ini. Sebagian masyarakat Indonesia menganggap Covid-19 itu bisa diatasi dengan mudah. Bahkan, fenomena ini dijadikan alat kepentingan politik untuk saling salah menyalahkan dan saling sudut menyudutkan dalam mengambil kebijakan penanganan Covid-19. Parahnya lagi masih ada saja elit-elit politik mencantolkan politik identitas terhadap fenomena ini. Padahal, virus yang mematikan ini akan terus menyerang, menyerang dan pada akhirnya menelan korban jiwa.
Ini terbukti dengan meningkatnya jumlah penderita positif corona setiap hari di Indonesia yang mencapai 309 jiwa. Hingga Jumat, 20 Maret 2020 pukul 13.00, detik.com melansir bahwa jumlah korban meninggal akibat COVID-19 yang disebabkan virus corona di Indonesia berjumlah 309 orang termasuk yang sudah sembuh dan yang meninggal berjumlah 31 orang. Sementara itu, WNI yang berada di luar negeri dan berstatus positif mengidap Covid 19 di 8 negara berjumlah 48 orang. Dari 48 orang tersebut, 10 diantaranya sembuh.
Kita harus belajar model penanganan virus flu burung H5N1 yang dilakukan mantan Menteri Kesehatan RI, Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp.Jp (K) dalam bukunya berjudul Tangan Tuhan Dibalik Virus Flu Burung. Siti Fadilah mencatat bahwa sebagai penyakit menular yang baru, virus H5N1 yang mematikan ini bukan hanya mengancam keselamatan jiwa Rakyat Indonesia, bahkan mengancam keselamatan kehidupan umat manusia di dunia. Beberapa tahapan yang beliau lakukan pada saat itu diantaranya adalah memberikan pemahaman kepada masyarakat dan mengajak untuk bersatu menanggulangi virus flu burung dengan sikap disiplin dan bertindak cepat guna mencari jalan keluar.
Kemudian memberikan tindakan medis yang cepat dan tepat terhadap korban agar dapat sembuh dan terhindar dari kematian. Tidak hanya itu saja, Siti Fadilah juga mengajak para ilmuan di bidang kesehatan untuk terus bangkit lebih inovatif mencari temuan-temuan baru berupa peralatan vaksin dan obat-obatan untuk menghadapi ancaman yang lebih besar dalam upaya membuat rapid detection kit (alat pemeriksa cepat), obat oseltamivir dan vaksinFlu Burung strain Indonesia.
Tidak sampai disitu saja, Siti Fadilah juga menegaskan bahwa persoalan penanganan virus flu burung lebih jauh menuntut ketegasan komitmen kita untuk selalu menjaga Kedaulatan Bangsa dan Negara Republik Indonesia. Sesuatu yang sangat di luar dugaan banyak orang, ternyata WHO CC di luar sepengetahuan Indonesia -memberikan sampel virus Flu Burung strain Indonesia pada beberapa perusahaan di negara maju. Kemudian mereka mengembangkannya menjadi vaksin dan dijual secara komersial dengan harga mahal kepada Negara miskin dan berkembang.
Dalam catatannya, Siti Fadilah menyebutkan bahwa berbagai konspirasi negara-negara maju terhadap negara-negara miskin dan berkembang, satu persatu terbongkar. Selama 50 tahun, sistem pengorganisasian kesehatan dunia berlangsung sangat eksploitatif. Dikuasai oleh kehendak-kehendak yang tidak manusiawi. Didasari ketamakan penumpukan kapital dan nafsu untuk menguasai dunia.
Oleh karena itu, terdapat beberapa langkah strategis yang harus menjadi perhatian bagi masyarakat dan stakeholder terkait penanggulangan covid 19, yaitu; pertama, memberikan literasi kesehatan sejak dini kepada masyarakat akan bahaya covid 19 dan mengajak untuk bersatu menanggulangi virus tersebut dengan pola hidup bersih dan sehat. Kedua, memberikan tindakan medis yang cepat dan tepat terhadap korban agar dapat sembuh dan terhindar dari kematian. Ketiga, memberikan kesempatan kepada para ilmuan untuk berinovasi dalam pencegahan dan penemuan vaksin dan obat-obatan untuk menghadapi ancaman yang lebih besar.
Ditulis Oleh: Dr. Aidil Haris, S.Sos., M.Si, Dosen Tetap Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Riau
Sumber: Cakaplah.com