Memilih Profesi Wartawan Harus Siap ‘Miskin’
2 min readWarning: Attempt to read property "post_excerpt" on null in /www/wwwroot/pantaunewss.com/wp-content/themes/newsphere/inc/hooks/hook-single-header.php on line 67
PANTAUNEWS.COM – Saya Priyono Pemimpin Redaksi Media Putra Bhayangkara ingin berbagi hitam-putih dunia jurnalis atau wartawan kepada seluruh anggota MPB dimanapun berada.
Terhitung sejak 1988 hingga 2020, saya aktif disejumlah media. Saya memulai dari Surabaya Minggu, Tabloit Azas, Purna yuda, Detektif Romantika, Koran Canang, Harian Nusra (di Bali), Koran Manuntung (di Balikpapaan), Detektif Teropong, Bidik Nasional (di Surabaya), Sijori Pos ( di Batam),
Selanjutnya tahun 1999 terbit UU 40 tentang kebebasan PERS. Maka saya tahun 1999 menerbitkan media dari Blitar dengan nama Kelud Post. Sehingga media Kelud pos dapat berkembang bagus. Selain menerbitkan majalah Kelud Pos, saya juga menerbitkan Tabloid TEMBAK (Terminal Berita Kriminalitas) bersamaan.
Tahun 2002 kami mendirikan radio komunitas nama “Kelud” pada saat itu aturan tentang media tidak sesulit tahun ini. Bahkan saya sempat menjadi Kontributor TVRI.
Mengingat pengalaman di Televisi, sayapun sempat tiga kali bergabung mendirikan stasiun televisi yakni Logis tivi, karena gagal mendirikan lagi Rajawali Tivi. Rupanya masih gagal, maka saya bersama tim mendirikan Bayu TV hingga kini Televisi masih Exis.
Menjadi kuli tinta konon impian beberapa orang. Seorang kawan bilang, pekerjaanku minim resiko. Mungkin dia melihat aktifitasku saat itu. Ketemu politisi, pejabat, bisa menyimpan nomor-nomor kontak banyak orang penting. Bahkan, makan semeja dengan Walikota/Bupati, Gubernur, Menteri, Wapres, dan cukong-cukong penyandang dana kepala daerah A,B, sampai C, yang tak terlewatkan.
Sejatinya, seluruh pengalaman diatas tak seindah yang anda bayangkan. Jujur saya katakan, menjadi seorang jurnalis tidak semudah membalik telapak tangan. Bila pun akhirnya dipilih, kita harus siap ‘miskin’. Kalimat yang sulit diterima akal sehat memang, tapi begitulah adanya yang kurasakan.
Nyaris tak ada waktu senggang untukku dulu. Hari-hariku selalu bercumbu dengan berita, diuber-uber deadline, dan kadang harus berurusan dengan hukum. Waktu berkumpul anak istri-pun terbatas. Inilah latar belakang pernyataanku jika memilih profesi wartawan harus siap ‘kere’.
Ditulis oleh: Priyono
Pemimpin Redaksi Mediaputrabhayangkara.com